Kedokan Bunder adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa Barat Indonesia. Kecamatan Kedokan Bunder terdiri dari 7 desa yaitu Jayalaksana, Cangkingan, Jayawinangun, Kedokan Bunder, Kaplongan, Kedokan Agung, dan Kedokan Bunder Wetan.
Pendidikan dan Penelitian
Selasa, 19 Juli 2011
Jumat, 11 Februari 2011
Keterampilan Bertanya
Keterampilan bertanya merupakan keterampilan yang bersifat mendasar yang dipersyaratkan bagi penguasaan keterampilan berikutnya. Untuk dapat menguasai keterampilan memberi penguatan kita dituntut sudah menguasai keterampilan bertanya dengan kata lain kita tidak mungkin menguasai keterampilan memberi penguatan apabila kita belum menguasai keterampilan bertanya.
Ada empat alasan mengapa seorang guru perlu menguasai keterampilan bertanya, yaitu:
1) Guru cenderung mendominasi kelas dengan ceramah
2) Siswa belum terbiasa mengajukan pertanyaan
3) Siswa harus dilibatkan secara mental-intelektual dengan maksimal
4) Adanya anggapan bahwa pertanyaan hanya berfungsi untuk menguji pemahaman siswa
Tujuan Bertanya Akan Dicapai
Ada empat alasan mengapa seorang guru perlu menguasai keterampilan bertanya, yaitu:
1) Guru cenderung mendominasi kelas dengan ceramah
2) Siswa belum terbiasa mengajukan pertanyaan
3) Siswa harus dilibatkan secara mental-intelektual dengan maksimal
4) Adanya anggapan bahwa pertanyaan hanya berfungsi untuk menguji pemahaman siswa
Tujuan Bertanya Akan Dicapai
Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu terhadap pokok bahasan
Memusatkan perhatian
Mendiaknosis kegiatan khusus yang menghambat siswa belajar
Mengembangkan SCL (Studen Center Learning)
Kebiasaan Yang Harus Dihindari
Mengulangi Pertanyaan Sendiri
Contoh : Sebelum siswa dapat berpikir maksimal terhadap pertanyaan guru
mengulangi pertanyaan kembali akibatnya siswa tidak konsentrasi.
Mengulangi Jawaban Siswa
Menyebabkan waktu terbuang, siswa tidak mendengar jawaban dari temanya yang lain karena guru akan mengulanginya.
Mejawab Pertanyaan Sendiri
Pertanyaan dijawab guru sebelum siswa mendapatkan kesempatan cukup untuk memikirkan jawabanya sehingga anak beranggapan tidak perlu memikirkan jawabanya karena guru akan memikirkan jawabanya.
Pertanyaan Yang Memancing Jawaban Serentak
Contoh : Apa ibu kota RI?
Akibatnya guru tidak dapat mengetahui dengan pasti siapa yang benar dan menutut kemungkinan terjadi interaksi selanjutnya.
Pertanyaan Ganda
Contoh : Siapa pemimpin orang belanda yang pertama datang ke Indonesia,
mengapa mereka datang, dan apa akibat mereka itu bagi bangsa Indonesia.
Hal ini akan mematahkan semangat siswa yang hanya sanggup menyelesaikan satu dari semua tugas itu.
KOMPONEN KETRAMPILAN BERTANYA
1. Pertanyaan menuntun (prampting)
2. Pertanyaan melacak (probing)
3. Waktu berhenti (pausing)
4. Keterampilan Memberi Penguatan (Reinforcement)
5. Mengalihkan giliran menjawab siswa (redicting)
6. Pertanyaan ke seluruh kelas
7. Pertanyaan ke siswa tertentu
Pertanyaan menuntun (prampting)
Pertanyaan mengarahkan atau menuntun (prompting question) adalah pertanyaan yang bermaksud memberi arah atau menuntun peserta didik sehingga dapat menemukan sendiri jawaban atas pertanyaan yang diajukan kepadanya. Pertanyaan ini diperlukan jika guru ingin agar peserta didiknya memperhatikan dengan seksama bagian-bagian tertentu atau pokok inti dari bahan yang disajikannya
Pertanyaan melacak (probing)
Menurut arti katanya, probing adalah penyelidikan, pemeriksaan dan prompting adalah mendorong atau menuntun. Penyelidikan atau pemeriksaan disini bertujuan untuk memperoleh sejumlah informasi yang telah ada pada diri siswa agar dapat digunakan untuk memahami pengetahuan atau konsep baru.
Pengertian probing dalam pembelajaran di kelas didefinisikan sebagai suatu teknik membimbing dengan mengajukan satu seri pertanyaan pada seorang siswa (Dahar, 1996: 9). Teknik probing adalah suatu teknik dalam pembelajaran dengan cara mengajukan satu seri pertanyaan untuk membimbing pebelajar /siswa menggunakan pengetahuan yang telah ada pada dirinya guna memahami gejala atau keadaan yang sedang diamati sehingga terbentuk pengetahuan baru ( Wijaya, 1999: 7 ).
Pembelajaran probing prompting adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan tiap siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari (Suherman, 2008:6). Selanjutnya siswa mengkonstruksi konsep-prinsip dan aturan menjadi pengetahuan baru, dengan demikian pengetahuan baru tidak diberitahukan.
Pembelajaran probing prompting sangat erat kaitannya dengan pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan pada saat pembelajaran ini disebut probing question. Probing question adalah pertanyaan yang bersifat menggali untuk mendapatkan jawaban lebih lanjut dari siswa yang bermaksud untuk mengembangkan kualitas jawaban, sehingga jawaban berikutnya lebih jelas, akurat serta beralasan (Suherman dkk, 2001:160). Probing question ini dapat memotivasi siswa untuk memahami lebih mendalam suatu masalah hingga mencapai suatu jawaban yang dituju. Proses pencarian dan penemuan jawaban atas masalah tersebut peserta didik berusaha menghubungkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimilikinya dengan pertanyaan yang akan dijawabnya.
Bagaimana mengkondisikan teknik probing?.
Ada 7 ( tujuh tahap ) aktivitas guru dalam mengkondisikan teknik probing yaitu:
1. Menghadapkan siswa pada situasi baru, misalnya dengan menunjukkan gambar, alat pembelajaran, objek, gejala yang dapat memunculkan teka-teki.
2. Memberi waktu tunggu beberapa saat (3-5 detik) atau sesuai keperluan agar siswa melakukan pengamatan.
3. Mengajukan pertanyaan sesuai indikator atau kompetensi yang ingin dicapai siswa.
4. Memberi waktu tunggu beberapa saat (2-4 detik) untuk memberi kan kesempatan siswa merumuskan jawabannya.
5. Meminta seorang siswa untuk menjawab pertanyaan yang telah diajukan.
6. Jika jawaban yang diberikan siswa benar atau relevan dilanjutkan dengan siswa lain, untuk meyakinkan bahwa semua siswa terlibat dalam kegiatan yang sedang berlangsung serta memberi pujian atas jawaban benar. Jika jawaban keliru atau tidak relevan, diajukan pertanyaan susulanyang berhubungan dengan respon pertama, dimulai dari pertanyaan yang bersifat obeservasional kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan yang menuntut siswa berpikir lebih tinggi menuju pertanyaan indikator ketercapaian kompetensi dasar sampai siswa dpt menjawab pertanyaan yang diajukan tadi.
7. Pertanyaan yang diajukan pada tahap 6 (enam) ini sebaiknya diajukan/diinteraksikan juga pada siswa lain agar seluruh siswa terlibat dalam kegiatan probing.
8. Mengajukan pertanyaan akhir pada siswa lain untuk lebih menegaskan bahwa kompetensi dasar yang dituju sudah tercapai.
1. Menghadapkan siswa pada situasi baru, misalnya dengan menunjukkan gambar, alat pembelajaran, objek, gejala yang dapat memunculkan teka-teki.
2. Memberi waktu tunggu beberapa saat (3-5 detik) atau sesuai keperluan agar siswa melakukan pengamatan.
3. Mengajukan pertanyaan sesuai indikator atau kompetensi yang ingin dicapai siswa.
4. Memberi waktu tunggu beberapa saat (2-4 detik) untuk memberi kan kesempatan siswa merumuskan jawabannya.
5. Meminta seorang siswa untuk menjawab pertanyaan yang telah diajukan.
6. Jika jawaban yang diberikan siswa benar atau relevan dilanjutkan dengan siswa lain, untuk meyakinkan bahwa semua siswa terlibat dalam kegiatan yang sedang berlangsung serta memberi pujian atas jawaban benar. Jika jawaban keliru atau tidak relevan, diajukan pertanyaan susulanyang berhubungan dengan respon pertama, dimulai dari pertanyaan yang bersifat obeservasional kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan yang menuntut siswa berpikir lebih tinggi menuju pertanyaan indikator ketercapaian kompetensi dasar sampai siswa dpt menjawab pertanyaan yang diajukan tadi.
7. Pertanyaan yang diajukan pada tahap 6 (enam) ini sebaiknya diajukan/diinteraksikan juga pada siswa lain agar seluruh siswa terlibat dalam kegiatan probing.
8. Mengajukan pertanyaan akhir pada siswa lain untuk lebih menegaskan bahwa kompetensi dasar yang dituju sudah tercapai.
Penguatan adalah suatu respon terhadap suatu tingkah laku dan penampilan siswa. Penguatan adalah suatu respons terhadap suatu tingkah laku siswa yang dapat menimbulkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut.
Tujuan penggunaan keterampilan memberi penguatan di dalam kelas adalah untuk:
• Meningkatkan perhatian siswa dan membantu siswa belajar bila pemberian penguatan digunakan secara selektif.
• Memberi motifasi kepada siswa.
• mengontrol atau mengubah tingkah laku siswa yang mengganggu dan meningkatkan cara belajar yang produktif.
• Mengembangkan kepercayaan diri siswa untuk mengatur diri sendiri dalam pengalaman belajar.
• Mengarahkan pada pengembangan berpikir yang divergen (berbeda) dan pengambilan inisiatif yang bebas.
Pemberian penguatan dapat dilakukan pada saat:
• Siswa memperhatikan guru, memperhatikan kawan lainnya dan benda yang menjadi tujuan diskusi.
• Siswa sedang belajar, mengerjakan tugas dari buku, membaca, dan bekerja di papan tulis.
• Menyelesaikan hasil kerja (selesai penuh, atau menyelesaikan format).
• Bekerja dengan kualitas kerja yang baik (kerapian, ketelitian, keindahan, dan mutu materi)
• Perbaikan pekerjaan (dalam kualitas, hasil atau penampilan).
• Ada kategori tingkah laku (tepat, tidak tepat, verbal, fisik, dan tertulis).
• Tugas mandiri (perkembangan pada pengarahan diri sendiri mengelola tingkah laku sendiri, dan mengambil inisiatif kegiatan sendiri).
Pola dasar pemberian penguatan adalah pola berkesinambungan dan pola sebagian-sebagian. Penguatan yang berkesinambungan adalah penguatan yang seratus persen dibutuhkan bagi tingkah laku kelas tertentu. Penguatan ini akan tepat, bila diberikan pada saat memulai pelajaran baru tetapi biasanya jarang sekali dapat dilakukan. Sedangkan penguatan yang sebagian-sebagian adalah penguatan yang diberikan terhadap suatu respon tertentu tetapi tidak keseluruhan. Pemberian ini ada yang dapat diperhitungkan dan ada yang tidak diperhitungkan. Yang ada diperhitungkan adalah pemberian penguatan setelah ada sejumlah respon tertentu atau setelah waktu tertentu.
Komponen Pemberian Penguatan
• Penguatan Verbal: ujian dan dorongan yang diucapkan oleh guru untuk respon atau tingkah laku siswa.
• Penguatan Gestuaral: gerakan tubuh seperti mimik yang cerah, dengan senyuman, mengangguk, acungan jempol, tepuk tangan, member salam, menaikkan bahu, geleng-geleng kepala, menaikkan tangan, dan lain-lain.
• Penguatan Kegiatan :guru menggunakan suatu kegiatan atau tugas, sehingga siswa dapat memilihnya atau menikmatinya sebagai suatu hadiah atas suatu pekerjaan atau penampilan sebelumnya.
• Penguatan Mendekati : Perhatian guru kepada siswa, menunjukkan bahwa guru tertarik, secara fisik guru mendekati siswa Contoh penguatan mendekati: berdiri disamping siswa, berjalan dekat siswa, duduk dekat kelompok diskusi, dan berjalan maju.
• Penguatan Sentuhan :penguatan yang terjadi bila guru secara fisik menyentuh siswa, misalnya menepuk bahu, berjabat tangan, merangkulnya, mengusap kepalanya, menaikkan tangan siswa, yang semuanya ditujukan untuk penghargaan penampilan, tingkah laku atau kerja siswa.
• Penguatan Tanda : guru menggunakan berbagai macam symbol, apakah itu benda atau tulisan yang ditujukan kepada siswa untuk penghargaan terhadap suatu penampilan, tingkah laku atau kerja siswa.
Empat prinsip yang harus diperhatikan oleh guru dalam member penguatan kepada siswa yaitu:
• Hangat dan Antusias : Kehangatan dan keantusiasan guru dalam pemberian penguatan kepada siswa memiliki aspek penting terhadap tingkah laku dan hasil belajar siswa. Kehangatan dan keantusiasan adalah bagian yang tampak dari interaksi guru-siswa.
• Hindari Penggunaan Penguatan Negatif : Walaupun pemberian kritik atau hukuman adalah efektif untuk dapat mengubah motivasi, penampilan, dan tingkah laku siswa, namun pemberian itu memiliki akibat yang sangat kompleks, dan secara psikologis agak kontraversial, karena itu sebaiknya dihindari. Banyak akibat yang muncul yang tidak dikehendaki misalnya: siswa menjadi frustasi, menjadi pemberani, hukuman dianggap sebagai kebanggaan, dan peristiwa akan terulang kembali.
• Penggunaan Bervariasi : Pemberian penguatan seharusnya diberikan secara bervariasi baik komponennya maupun caranya, dan diberikan secara hangat dan antusias.
• Bermakna : Agar setiap pemberian penguatan menjadi efektif, maka harus dilaksanakan pada situasi di mana siswa mengetahui adanya hubungan antara pemberian penguatan terhadap tingkah lakunya dan melihat, bahwa itu sangat bermanfaat.
Penguatan dapat dibagi menjadi penguatan verbal dan non-verbal. Penguatan verbal diberikan dalam bentuk kata-kata/kalimat pujian, sentuhan, kegiatan yang menyenangkan, serta benda atau simbol. Penguatan dapat juga diberikan dalam bentuk penguatan tak penuh, jika respon/perilaku siswa tidak sepenuhnya memenuhi harapan.
Dalam memberikan penguatan harus diperhatikan prinsip-prinsip berikut.
1. Kehangatan dan keantusiasan
2. Kebermaknaan
3. Hindari respon negatif
4. Penguatan harus bervariasi
5. Sasaran penguatan harus jelas
6. Penguatan harus diberikan segera setelah perilaku yang diharapkan muncul.
Selasa, 04 Januari 2011
Contoh Anggaran Kegiatan Maulid Nabi
Lampiran 3
ESTIMASI BIAYA
a) Konsumsi
Makan Mubaligh dan Panitia : Rp 600.000,-
Snack tamu undangan : Rp 500.000,-
Makan Mubaligh dan Panitia : Rp 600.000,-
Snack tamu undangan : Rp 500.000,-
Rp 1.100.000,-
b) Perlengkapan
Sewa tenda : Rp 200.000,-
Sewa kursi 50 x @ Rp 2,500 : Rp 1.250.000,-
Sound system : Rp 700.000,-
Sewa tenda : Rp 200.000,-
Sewa kursi 50 x @ Rp 2,500 : Rp 1.250.000,-
Sound system : Rp 700.000,-
Baju Seragam Panitia 29 x @ Rp 30.000 : Rp 870.000,-
Hadiah Perlombaan : Rp 300.000,-
Organ Gambus Islami : Rp 1.500.000,-
Panggung : Rp 400.000,-
Rp 5.220.000,-
c) Kesekretariatan : Rp 200.000,-
d) Paket Santunan
Santunan anak yatim 30 anak x 30.000 : Rp 900.000,-
Bingkisan 30 anak x Rp 10.000,- : Rp 300.000,-
Santunan Jompo ( berupa sembako ) : Rp 2.000.000,-
Transport Penceramah : Rp 1.500.000,-
d) Paket Santunan
Santunan anak yatim 30 anak x 30.000 : Rp 900.000,-
Bingkisan 30 anak x Rp 10.000,- : Rp 300.000,-
Santunan Jompo ( berupa sembako ) : Rp 2.000.000,-
Transport Penceramah : Rp 1.500.000,-
Trasnsport Qiro’ : Rp. 500.000,-
Rp 5.200.000,-
e) Rekapitulasi Dana Kumulatif
Rp 5.200.000,-
e) Rekapitulasi Dana Kumulatif
Konsumsi : Rp 1.100.000,-
Perlengkapan : Rp 5.220.000,-
Kesekretariatan : Rp 200.000,-
Perlengkapan : Rp 5.220.000,-
Kesekretariatan : Rp 200.000,-
Paket santunan : Rp 5.200.000,-
Rp 11.720.000,-
Pemasukan Dana : Rp. 1.000.000,- (Satu Juta Ribu Rupiah)
Kekurangan : Rp. 10.720.000,- (Sepuluh Juta Tujuh Ratus Dua Puluh Ribu Rupiah)
Ketua Pelaksana, K A R Y A N I | Kedokanwetan, 3 Januari 2011 Panitia PHBI Sanggar Ilmu Library Bendahara, D U L I |
Proposal Maulid NAbi 1432 Hijriah Sanggar Ilmu Library
I. Pendahuluan
Ukhuwah islamiyah harus terus menerus dibangun dan dipelihara dimuka bumi ini sebagai penjabaran dari aplikasi aktif seluruh ummat muslim dalam menjaga kemaslahatan di dunia dan akherat.
Melalui Peringatan Hari Besar Islam (PHBI) yang rutin setiap tahun dilaksanakan diharapkan dapat meningkatkan ukkhuwah Islamiyah dan tali silaturahmi serta perilaku yang sesuai dengan syariat islam diawali dari lingkungan terkecil yaitu lingkungan keluarga, masyarakat dan yang lebih luas lagi.
Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1432 H merupakan salah satu pengapresiasian dari kita selaku Ummat Islam untuk menjunjung tinggi Nabi kita semua sebagai suri tauladan di muka bumi ini. Hal ini baik sekali terutama sebagai pembelajaran kepada generasi penerus kita berikutnya.
Sebagai bentuk apresiasi yang bermanfaat dan patut dilestarikan kepada anak-anak kita serta masyarakat terutama yang ada dilingkungan Sanggar Ilmu Library Blok Truwali Desa Kedokanwetan.
II.Dasar Kegiatan
1. Program yang ada di Sanggar Ilmu Library
2. Agenda kegiatan tahunan dalam Peringatan Hari Besar Islam (PHBI)
III. T U J U A N
1. Peningkatan iman, ilmu dan amal shalih.
2. Terselenggaranya aktivitas Maulid Nabi Muhammad SAW dengan baik.
3. Pengurus dan anggota Sanggar Ilmu Library Blok Truwali semakin memahami cara-cara berorganisasi yang baik dalam melaksanakan dakwah islamiyah.
IV. TEMA KEGIATAN
“Dengan memperingati Maulid Nabi Besar Muhammad SAW 1432 H kita tingkatkan Ukhuwah Islamiyah dan saling berbagi antar sesama”
Hari / tanggal : Sabtu, 5 Februari 2011
Tempat : Sanggar Ilmu Library Blok Truwali Rt/Rw. 13/03 Desa Kedokan Wetan Kecamatan Kedokan Bunder –Kabupaten Indramayu.
VI. KEPANITIAAN
Terlampir
VII. MANUAL ACARA
Terlampir
VIII. ESTIMASI BIAYA
Terlampir
IX. PENUTUP
Maulid adalah bulan yang penuh barakah, sangat sayang rasanya bila dilewatkan tanpa kegiatan yang dapat meningkatkan iman dan taqwa. Untuk melaksanakan aneka kegiatan Maulid Nabi Muhammad yang menunjang ibadah diperlukan kerja yang profesional. Insya Allah, dengan tekad bersama dan semangat gotong royong serta pertolongan-Nya kegiatan ini dapat terlaksana dengan baik. Tentu saja partisipasi dari donatur sangat kami harapkan.
Semoga kiranya Allah Subhanahu Wa Ta’ala senantiasa memberi rahmat, petunjuk dan kesuksesan kepada kita semua. Amin.
Ketua Pelaksana, K A R Y A N I | Kedokanwetan, 22 Desember 2010 Panitia PHBI Sanggar Ilmu Library Sekertaris, NINING NURJANAH |
Proposal Agustusan 2010 Sanggar Ilmu Library
I. Pendahuluan
Enam puluh lima tahun yang lalu, Indonesia belum semerdeka dan semaju sekarang ini. Selama lebih dari 250 tahun sebelum 1945, hampir seluruh wilayah di Indonesia dikuasai oleh Kolonial Belanda, Inggris, dan Jepang. Pada zaman penjajahan, rakyat Indonesia benar-benar berada pada posisi yang sulit, terjepit, dan terjajah di tanah sendiri. Jika kita baca kembali buku-buku dan arsip sejarah, maka akan terlihat bagaimana rakyat Indonesia menjadi budak di negeri sendiri.
Oleh karena itu, kondisi terjajah seperti ini perlu kita sadari dan solusikan bersama. Sebagai rakyat kecil, kita bisa memberi kontribusi dengan menjaga kerukunan antar ras, suku, agama, dan golongan. Dengan bersatunya rakyat indonesia, didukung dengan pemimpin dan wakil rakyat yang jujur dan adil, maka kemerdekaan yang sesungguhnya bukan hal yang mustahil.
Berangkat dari keinginan untuk mempererat persatuan bangsa tersebut, kami Pengurus Sanggar Ilmu Library dan Pemilih Pemula Blok Truwali Desa Kedokanbunder Wetan ingin memulainya dari lingkup terkecil. Bersamaan dengan Hari Kemerdekaan Indonesia ke 65 yang sebentar lagi akan kita peringati secara bersama, Panitia HUT RI Sanggar Ilmu Library dan Pemilih Pemula bermaksud mengadakan beberapa kegiatan yang bertema “Bangkit dengan semangat Kekeluargaan”.
II. Nama dan Tema Kegiatan
Nama Kegiatan : Peringatan Hari Ulang Tahun RI ke 65
Tema Kegiatan : “Bangkit dengan Semangat Kekeluargaan”
III. Tujuan dan Sasaran Kegiatan
Tujuan kegiatan ini antara lain adalah:
1. Memperingati Hari Kemerdekaan RI yang ke-65.
2. Mempererat tali silaturrahim dan persatuan pengurus, remaja dan warga Blok Truwali.
3. Menghidupkan kembali semangat berorganisasi pengurus Sanggar ILmu Library.
Sedangkan sasaran kegiatan ini adalah seluruh warga Desa Kedokanbunder wetan Blok Truwali Kecamatan Kedokanbunder – Kabupaten Indramayu.
IV. Waktu dan Tempat Kegiatan
Kegiatan ini akan dilaksanakan pada hari Minggu, 8 Agustus 2010 bertempat di lingkungan Sanggar Ilmu Library Blok Truwali Desa Kedokanbunder Wetan.
V. Deskripsi Kegiatan
Acara Peringatan HUT RI yang ke 65 ini, akan dikemas dalam acara perlombaan dan hiburan yang diikuti oleh berbagai jenjang usia warga Blok Truwali. Berikut ini beberapa lomba yang direncanakan:
Lomba untuk Bapak-Bapak
1. Tarik Tambang
2. Bola Kemben
2. Bola Kemben
Lomba untuk Ibu-ibu
1. Joget Balon
2. Lomba Make-up
3. Lomba Bakiak
2. Lomba Make-up
3. Lomba Bakiak
4. Lomba Karoke
Lomba untuk usia 6 - 12 tahun
1. Lomba membawa kelereng dalam sendok
2. Lomba panjat pisang
3. Lomba kerupuk
4. Lomba gigit uang
1. Lomba membawa kelereng dalam sendok
2. Lomba panjat pisang
3. Lomba kerupuk
4. Lomba gigit uang
Lomba untuk usia 12-25 tahun
1. Lomba Karoke Dangdut
2. Lomba Busana Pahlawan
VI. Anggaran Dana
Terlampir
VII. Susunan Panitia
Terlampir
VIII. Penutup
Demikian proposal kegiatan ini kami buat. Semoga dapat menjadi gambaran atas rencana kami. Rencana hitam di atas putih ini tidak akan terwujud tanpa bimbingan dan dukungan dari Bapak/Ibu sekalian. Kami selaku panitia, memohon dukungan baik moral maupun materi demi kelancaran acara ini. Semoga apa yang kita usahakan ini menjadi amal sholih yang diiringi keikhlasan sehingga berbuah pahala dari sisi Allah SWT.
Ketua Pelaksana, A B B A S | Kedokanwetan, 28 Juli 2010 Panitia HUT RI ke 65 Sanggar Ilmu Library Sekertaris, D A R S O N O |
Proposal BUka Puasa Bersama Sanggar Ilmu Library
I. LATAR BELAKANG
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”
(QS 2:183, Al Baqarah)
Ramadhan adalah bulan suci penuh berkah, rahmat dan ampunan Allah subhanahu wa ta’ala. Merupakan saat yang baik bagi kita untuk menempa diri dalam ketaqwaan melebihi hari-hari biasa, agar nantinya memperoleh derajat orang yang bertaqwa (muttaqiin), sebagaimana maksud dari shaum itu sendiri. Berpuasa di siang hari, menahan hawa nafsu dan qiyamullail adalah merupakan beberapa contoh aktivitas selama bulan Ramadhan. Ibadah yang lain berkaitan dengan shaum Ramadhan adalah membayar zakat fithrah dan melaksanakan shalat ‘idul fithry secara berjama’ah pada tanggal 1 Syawal.
Ibadah Ramadhan yang dilaksanakan secara khusyu’ dan penuh ketertiban adalah dambaan setiap muslim yang bertaqwa. Juga, memanfaatkan momentum ini untuk memperkaya khazanah pengetahuan agama serta keanekaragaman aktivitasnya merupakan kebutuhan dalam kehidupan kita. Karena itu, diperlukan kemudahan-kemudahan dalam menyambut Ramadhan.
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka kami selaku pengurus Sanggar ilmu Library Blok Truwali bermaksud untuk mengadakan acara kegiatan buka puasa bersama dan santunan anak yatim piatu dan jompo. Kegiatan tersebut diselenggarakan dengan menyusun beberapa acara yang insya Allah dapat memberi nilai tambah dalam meningkatkan ketaqwaan kita semua.
II. T U J U A N
1. Peningkatan iman, ilmu dan amal shalih.
2. Terselenggaranya aktivitas ibadah Ramadhan 1431 H dengan baik.
3. Pengurus dan anggota Sanggar ilmu Library Blok Truwali, semakin memahami cara-cara berorganisasi yang baik dalam melaksanakan da’wah islamiyah.
III. TEMA KEGIATAN
“Dengan shaum Ramadhan 1431 H kita tingkatkan Ukhuwah Islamiyah dan saling berbagi”VI. PELAKSANAAN DAN TEMPAT
Hari dan tanggal : Sabtu, 28 Agustus 2010
Tempat : Sanggar Ilmu Library Blok Truwali Rt/Rw. 13/03 Desa Kedokan Wetan Kecamatan Kedokan Bunder – Kabupaten Indramayu.
VII. KEPANITIAAN
Terlampir
VIII. ESTIMASI BIAYA
Terlampir
IX. PENUTUP
Ramadhan adalah bulan yang penuh barakah, sangat sayang rasanya bila dilewatkan tanpa kegiatan yang dapat meningkatkan iman dan taqwa. Untuk melaksanakan aneka kegiatan Ramadhan yang menunjang ibadah diperlukan kerja yang profesional. Insya Allah, dengan tekad bersama dan semangat gotong royong serta pertolongan-Nya kegiatan ini dapat terlaksana dengan baik. Tentu saja partisipasi dari donatur sangat kami harapkan.
Semoga kiranya Allah Subhanahu Wa Ta’ala senantiasa memberi rahmat, petunjuk dan kesuksesan kepada kita semua. Amin.
Ketua Pelaksana, MOCH. IBNU ARWAN | Kedokanwetan, 28 Juli 2010 Panitia Buka Puasa Bersama Sanggar Ilmu Library Sekertaris, D I A N A H |
Jumat, 17 Desember 2010
Perilaku Menyimpang Remaja dan Solusinya
- Perilaku Bermasalah (problem behavior). Masalah perilaku yang dialami remaja di sekolah dapat dikatakan masih dalam kategori wajar jika tidak merugikan dirinya sendiri dan orang lain. Dampak perilaku bermasalah yang dilakukan remaja akan menghambat dirinya dalam proses sosialisasinya dengan remaja lain, dengan guru, dan dengan masyarakat. Perilaku malu dalam dalam mengikuti berbagai aktvitas yang digelar sekolah misalnya, termasuk dalam kategori perilaku bermasalah yang menyebabkan seorang remaja mengalami kekurangan pengalaman. Jadi problem behaviour akan merugikan secara tidak langsung pada seorang remaja di sekolah akibat perilakunya sendiri.
- Perilaku menyimpang (behaviour disorder). Perilaku menyimpang pada remaja merupakan perilaku yang kacau yang menyebabkan seorang remaja kelihatan gugup (nervous) dan perilakunya tidak terkontrol (uncontrol). Memang diakui bahwa tidak semua remaja mengalami behaviour disorder. Seorang remaja mengalami hal ini jika ia tidak tenang, unhappiness dan menyebabkan hilangnya konsentrasi diri. Perilaku menyimpang pada remaja akan mengakibatkan munculnya tindakan tidak terkontrol yang mengarah pada tindakan kejahatan. Penyebab behaviour disorder lebih banyak karena persoalan psikologis yang selalu menghantui dirinya.
- Penyesuaian diri yang salah (behaviour maladjustment). Perilaku yang tidak sesuai yang dilakukan remaja biasanya didorong oleh keinginan mencari jalan pintas dalam menyelesaikan sesuatu tanpa mendefinisikan secara cermat akibatnya. Perilaku menyontek, bolos, dan melangar peraturan sekolah merupakan contoh penyesuaian diri yang salah pada remaja di sekolah menegah (SLTP/SLTA).
- Perilaku tidak dapat membedakan benar-salah (conduct disorder). Kecenderungan pada sebagian remaja adalah tidak mampu membedakan antara perilaku benar dan salah. Wujud dari conduct disorder adalah munculnya cara pikir dan perilaku yang kacau dan sering menyimpang dari aturan yang berlaku di sekolah. Penyebabnya, karena sejak kecil orangtua tidak bisa membedakan perilaku yang benar dan salah pada anak. Wajarnya, orang tua harus mampu memberikan hukuman (punisment) pada anak saat ia memunculkan perilaku yang salah dan memberikan pujian atau hadiah (reward) saat anak memunculkan perilaku yang baik atau benar. Seorang remaja di sekolah dikategorikan dalam conduct disorder apabila ia memunculkan perikau anti sosial baik secara verbal maupun secara non verbal seperti melawan aturan, tidak sopan terhadap guru, dan mempermainkan temannya . Selain itu, conduct disordser juga dikategorikan pada remaja yang berperilaku oppositional deviant disorder yaitu perilaku oposisi yang ditunjukkan remaja yang menjurus ke unsur permusuhan yang akan merugikan orang lain.
- Attention Deficit Hyperactivity disorder, yaitu anak yang mengalami defisiensi dalam perhatian dan tidak dapat menerima impul-impuls sehingga gerakan-gerakannya tidak dapat terkontrol dan menjadi hyperactif. Remaja di sekolah yang hyperactif biasanya mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian sehingga tidak dapat menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya atau tidak dapat berhasil dalam menyelesaikan tugasnya. Jika diajak berbicara, remaja yang hyperactif tersebut tidak memperhatikan lawan bicaranya. Selain itu, anak hyperactif sangat mudah terpengaruh oleh stimulus yang datang dari luar serta mengalami kesulitan dalam bermain bersama dengan temannya.
Peranan Lembaga Pendidikan Untuk tidak segera mengadili dan menuduh remaja sebagai sumber segala masalah dalam kehidupan di masyarakat, barangkali baik kalau setiap lembaga pendidikan (keluarga, sekolah, dan masyarakat) mencoba merefleksikan peranan masing-masing.
Pertama, lembaga keluarga adalah lembaga pendidikan yang utama dan pertama.
Kehidupan kelurga yang kering, terpecah-pecah (broken home), dan tidak harmonis akan menyebebkan anak tidak kerasan tinggal di rumah. Anak tidak mersa aman dan tidak mengalami perkembangan emosional yang seimbang. Akibatnya, anak mencari bentuk ketentraman di luar keluarga, misalnya gabung dalam group gang, kelompok preman dan lain-lain. Banyak keluarga yang tak mau tahu dengan perkembangan anak-anaknya dan menyerahkan seluruh proses pendidikan anak kepada sekolah. Kiranya keliru jika ada pendapat yang mengatakan bahwa tercukupnya kebutuhan-kebutuhan materiil menjadi jaminan berlangsungnya perkembangan kepribadian yang optimal bagi para remaja.
Kedua, bagaimana pembinaan moral dalam lembaga keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Kontras tajam antara ajaran dan teladan nyata dari orang tua, guru di sekolah, dan tokoh-tokoh panutan di masyarakat akan memberikan pengaruh yang besar kepada sikap, perilaku, dan moralitas para remaja. Kurang adanya pembinaan moral yang nyata dan pudarnya keteladanan para orangtua ataupun pendidik di sekolah menjadi faktor kunci dalam proses perkembangan kepribadian remaja. Secara psikologis, kehidupan remaja adalah kehidupan mencari idola. Mereka mendambakan sosok orang yang dapat dijadikan panutan. Segi pembinaan moral menjadi terlupakan pada saat orang tua ataupun pendidik hanya memperhatikan segi intelektual. Pendidikan disekolah terkadang terjerumus pada formalitas pemenuhan kurikulum pendidikan, mengejar bahan ajaran, sehingga melupakan segi pembinaan kepribadian penanaman nilai-nilai pendidikan moral dan pembentukan sikap.
Kontras tajam antara ajaran dan teladan nyata dari orang tua, guru di sekolah, dan tokoh-tokoh panutan di masyarakat akan memberikan pengaruh yang besar kepada sikap, perilaku, dan moralitas para remaja. Kurang adanya pembinaan moral yang nyata dan pudarnya keteladanan para orangtua ataupun pendidik di sekolah menjadi faktor kunci dalam proses perkembangan kepribadian remaja. Secara psikologis, kehidupan remaja adalah kehidupan mencari idola. Mereka mendambakan sosok orang yang dapat dijadikan panutan. Segi pembinaan moral menjadi terlupakan pada saat orang tua ataupun pendidik hanya memperhatikan segi intelektual. Pendidikan disekolah terkadang terjerumus pada formalitas pemenuhan kurikulum pendidikan, mengejar bahan ajaran, sehingga melupakan segi pembinaan kepribadian penanaman nilai-nilai pendidikan moral dan pembentukan sikap.
Ketiga, bagaimana kehidupan sosial ekonomi keluarga dan masyarakat apakah mendukung optimalisasi perkembangan remaja atau tidak.
Saat ini, banyak anak-anak di kota-kota besar seperti Jakarta sudah merasakan kemewahan yang berlebihan. Segala keinginannya dapat dipenuhi oleh orangtuanya. Kondisi semacam ini sering melupakan unsur-unsur yang berkaitan dengan kedewasaan anak. Pemenuhan kebutuhan materiil selalu tidak disesuaikan dengan kondisi dan usia perkembangan anak. Akibatnya, anak cenderung menjadi sok malas, sombong, dan suka meremehkan orang lain.
Saat ini, banyak anak-anak di kota-kota besar seperti Jakarta sudah merasakan kemewahan yang berlebihan. Segala keinginannya dapat dipenuhi oleh orangtuanya. Kondisi semacam ini sering melupakan unsur-unsur yang berkaitan dengan kedewasaan anak. Pemenuhan kebutuhan materiil selalu tidak disesuaikan dengan kondisi dan usia perkembangan anak. Akibatnya, anak cenderung menjadi sok malas, sombong, dan suka meremehkan orang lain.
Keempat, bagaimana lembaga pendidikan di sekolah dalam memberikan bobot yang proposional antara perkembangan kognisi, afeksi, dan psikomotor anak.
Akhir-akhir ini banyak dirasakan beban tuntutan sekolah yang terlampau berat kepada para peserta didik. Siswa tidak hanya belajar di sekolah, tetapi juga dipaksa oleh orangtua untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah dan mengikuti les tambahan di luar sekolah. Faktor kelelahan, kemampuan fisik dan kemampuan inteligensi yang terbatas pada seorang anak sering tidak diperhitungkan oleh orangtua. Akibatnya, anak-anak menjadi kecapaian dan over acting, dan mengalami pelampiasan kegembiraan yang berlebihan pada saat mereka selesai menghadapi suasana yang menegangkan dan menekan dalam kehidupan di sekolah.
Akhir-akhir ini banyak dirasakan beban tuntutan sekolah yang terlampau berat kepada para peserta didik. Siswa tidak hanya belajar di sekolah, tetapi juga dipaksa oleh orangtua untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah dan mengikuti les tambahan di luar sekolah. Faktor kelelahan, kemampuan fisik dan kemampuan inteligensi yang terbatas pada seorang anak sering tidak diperhitungkan oleh orangtua. Akibatnya, anak-anak menjadi kecapaian dan over acting, dan mengalami pelampiasan kegembiraan yang berlebihan pada saat mereka selesai menghadapi suasana yang menegangkan dan menekan dalam kehidupan di sekolah.
Kelima, bagaimana pengaruh tayangan media massa baik media cetak maupun elektronik yang acapkali menonjolkan unsur kekerasan dan diwarnai oleh berbagai kebrutalan.
Pengaruh-pengaruh tersebut maka munculah kelompok-kelompok remaja, gang-gang yang berpakaian serem dan bertingkah laku menakutkan yang hampir pasti membuat masyarakat prihatin dan ngeri terhadap tindakan-tindakan mereka. Para remaja tidak dipersatukan oleh suatu identitas yang ideal. Mereka hanya himpunan anak-anak remaja atau pemuda-pemudi, yang malahan memperjuangkan sesuatu yang tidak berharga (hura-hura), kelompok yang hanya mengisi kekosongan emosional tanpa tujuan jelas.
Pengaruh-pengaruh tersebut maka munculah kelompok-kelompok remaja, gang-gang yang berpakaian serem dan bertingkah laku menakutkan yang hampir pasti membuat masyarakat prihatin dan ngeri terhadap tindakan-tindakan mereka. Para remaja tidak dipersatukan oleh suatu identitas yang ideal. Mereka hanya himpunan anak-anak remaja atau pemuda-pemudi, yang malahan memperjuangkan sesuatu yang tidak berharga (hura-hura), kelompok yang hanya mengisi kekosongan emosional tanpa tujuan jelas.
Apa Jalan Keluar Kita?
Siswa-siswi SLTP/SLTA adalah siswa-siswi yang berada dalam golongan usia remaja, usia mencari identitas dan eksistensi diri dalam kehidupan di masyarakat. Dalam proses pencarian identitas itu, peran aktif dari ketiga lembaga pendidikan akan banyak membantu melancarkan pencapaian kepribadian yang dewasa bagi para remaja. Ada beberapa hal kunci yang bisa dilakukan oleh lembaga-lembaga pendidikan.
Pertama, memberikan kesempatan untuk mengadakan dialog untuk menyiapkan jalan bagi tindakan bersama.
Sikap mau berdialog antara orangtua, pendidik di sekolah, dan masyarakat dengan remaja pada umumnya adalah kesempatan yang diinginkan para remaja. Dalam hati sanubari para remaja tersimpan kebutuhan akan nasihat, pengalaman, dan kekuatan atau dorongan dari orang tua. Tetapi sering kerinduan itu menjadi macet bila melihat realitas mereka dalam keluarga, di sekolah ataupun dalam lingkungan masyarakat yang tidak memungkinkan karena antara lain begitu otoriter dan begitu bersikap monologis. Menyadari kekurangan ini, lembaga-lembaga pendidikan perlu membuka kesempatan untuk mengadakan dialog dengan para remaja, kaum muda dan anak-anak, entah dalam lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.
Sikap mau berdialog antara orangtua, pendidik di sekolah, dan masyarakat dengan remaja pada umumnya adalah kesempatan yang diinginkan para remaja. Dalam hati sanubari para remaja tersimpan kebutuhan akan nasihat, pengalaman, dan kekuatan atau dorongan dari orang tua. Tetapi sering kerinduan itu menjadi macet bila melihat realitas mereka dalam keluarga, di sekolah ataupun dalam lingkungan masyarakat yang tidak memungkinkan karena antara lain begitu otoriter dan begitu bersikap monologis. Menyadari kekurangan ini, lembaga-lembaga pendidikan perlu membuka kesempatan untuk mengadakan dialog dengan para remaja, kaum muda dan anak-anak, entah dalam lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.
Kedua, menjalin pergaulan yang tulus.
Dewasa ini jumlah orang tua yang bertindak otoriter terhadap anak-anak mereka sudah jauh berkurang. Namun muncul kecenderungan yang sebaliknya, yaitu sikap memanjakan anak secara berlebihan. Banyak orang tua yang tidak berani mengatakan tidak terhadap anak-anak mereka supaya tidak dicap sebagai orangtua yang tidak mempercayai anak-anaknya, untuk tidak dianggap sebagai orangtua kolot, konservatif dan ketinggalan jaman.
Dewasa ini jumlah orang tua yang bertindak otoriter terhadap anak-anak mereka sudah jauh berkurang. Namun muncul kecenderungan yang sebaliknya, yaitu sikap memanjakan anak secara berlebihan. Banyak orang tua yang tidak berani mengatakan tidak terhadap anak-anak mereka supaya tidak dicap sebagai orangtua yang tidak mempercayai anak-anaknya, untuk tidak dianggap sebagai orangtua kolot, konservatif dan ketinggalan jaman.
Ketiga, memberikan pendampingan, perhatian dan cinta sejati.
Ada begitu banyak orangtua yang mengira bahwa mereka telah mencintai anak-anaknya. Sayang sekali bahwa egoisme mereka sendiri menghalang-halangi kemampuan mereka untuk mencintaianak secara sempurna. "Saya telah memberikan segala-galanya", itulah keluhan seorang ibu yang merasa kecewa karena anak-anaknya yang ugal-ugalan di sekolah dan di masyarakat. Anak saya anak yang tidak tahu berterima kasih, katanya.
Yang perlu dipahami bahwa setiap individu memerlukan rasa aman dan merasakan dirinya dicintai. Sejak lahir satu kebutuhan pokok yang yang pertama-tama dirasakan manusia adalah kebutuhan akan "kasih sayang" yang dalam masa perkembangan selanjutnya di usia remaja, kasih sayang, rasa aman, dan perasaan dicintai sangat dibutuhkan oleh para remaja. Dengan usaha-usaha dan perlakuan-perlakuan yang memberikan perhatian, cinta yang tulus, dan sikap mau berdialog, maka para remaja akan mendapatkan rasa aman, serta memiliki keberanian untuk terbuka dalam mengungkapkan pendapatnya.
Ada begitu banyak orangtua yang mengira bahwa mereka telah mencintai anak-anaknya. Sayang sekali bahwa egoisme mereka sendiri menghalang-halangi kemampuan mereka untuk mencintaianak secara sempurna. "Saya telah memberikan segala-galanya", itulah keluhan seorang ibu yang merasa kecewa karena anak-anaknya yang ugal-ugalan di sekolah dan di masyarakat. Anak saya anak yang tidak tahu berterima kasih, katanya.
Yang perlu dipahami bahwa setiap individu memerlukan rasa aman dan merasakan dirinya dicintai. Sejak lahir satu kebutuhan pokok yang yang pertama-tama dirasakan manusia adalah kebutuhan akan "kasih sayang" yang dalam masa perkembangan selanjutnya di usia remaja, kasih sayang, rasa aman, dan perasaan dicintai sangat dibutuhkan oleh para remaja. Dengan usaha-usaha dan perlakuan-perlakuan yang memberikan perhatian, cinta yang tulus, dan sikap mau berdialog, maka para remaja akan mendapatkan rasa aman, serta memiliki keberanian untuk terbuka dalam mengungkapkan pendapatnya.
Lewat kondisi dan suasana hidup dalam keluarga, lingkungan sekolah, ataupun lingkungan masyarakat seperti di atas itulah para remaja akan merasa terdampingi dan mengalami perkembangan kepribadian yang optimal dan tidak terkungkung dalam perasaan dan tekanan-tekanan batin yang mencekam. Dengan begitu gaya hidup yang mereka tampilkan benar-benar merupakan proses untuk menemukan identitas diri mereka sendiri yang sebenarnya.
Langganan:
Postingan (Atom)