Jumat, 11 Februari 2011

Keterampilan Bertanya

Keterampilan bertanya merupakan keterampilan yang bersifat mendasar yang dipersyaratkan bagi penguasaan keterampilan berikutnya. Untuk dapat menguasai keterampilan memberi penguatan kita dituntut sudah menguasai keterampilan bertanya dengan kata lain kita tidak mungkin menguasai keterampilan memberi penguatan apabila kita belum menguasai keterampilan bertanya.

Ada empat alasan mengapa seorang guru perlu menguasai keterampilan bertanya, yaitu:
1) Guru cenderung mendominasi kelas dengan ceramah
2) Siswa belum terbiasa mengajukan pertanyaan
3) Siswa harus dilibatkan secara mental-intelektual dengan maksimal
4) Adanya anggapan bahwa pertanyaan hanya berfungsi untuk menguji pemahaman siswa

Tujuan Bertanya Akan Dicapai

    Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu terhadap pokok bahasan
    Memusatkan perhatian
    Mendiaknosis kegiatan khusus yang menghambat siswa belajar
    Mengembangkan SCL (Studen Center Learning)


Kebiasaan Yang Harus Dihindari

    Mengulangi Pertanyaan Sendiri
     Contoh : Sebelum siswa dapat berpikir maksimal terhadap pertanyaan guru
                           mengulangi pertanyaan kembali akibatnya siswa tidak konsentrasi.

    Mengulangi Jawaban Siswa
 Menyebabkan waktu terbuang, siswa tidak mendengar jawaban dari temanya  yang lain karena guru akan mengulanginya.

     Mejawab Pertanyaan Sendiri
 Pertanyaan dijawab guru sebelum siswa mendapatkan kesempatan cukup untuk   memikirkan jawabanya sehingga anak beranggapan tidak perlu memikirkan jawabanya karena guru akan memikirkan jawabanya.

    Pertanyaan Yang Memancing Jawaban Serentak
Contoh : Apa ibu kota RI?
Akibatnya guru tidak dapat mengetahui dengan pasti siapa yang benar dan  menutut kemungkinan terjadi interaksi selanjutnya.

     Pertanyaan Ganda
Contoh : Siapa pemimpin orang belanda yang pertama datang ke Indonesia,
              mengapa mereka datang, dan apa akibat mereka itu bagi bangsa Indonesia.
Hal ini akan mematahkan semangat siswa yang hanya sanggup menyelesaikan satu dari semua tugas itu.

KOMPONEN KETRAMPILAN BERTANYA

1.    Pertanyaan menuntun (prampting)
2.    Pertanyaan melacak (probing)
3.    Waktu berhenti (pausing)
4.    Keterampilan Memberi Penguatan (Reinforcement)
5.    Mengalihkan giliran menjawab siswa (redicting)
6.    Pertanyaan ke seluruh kelas
7.    Pertanyaan ke siswa tertentu

Pertanyaan menuntun (prampting)

Pertanyaan mengarahkan atau menuntun (prompting question) adalah pertanyaan yang bermaksud memberi arah atau menuntun peserta didik sehingga dapat menemukan sendiri jawaban atas pertanyaan yang diajukan kepadanya. Pertanyaan ini diperlukan jika guru ingin agar peserta didiknya memperhatikan dengan seksama bagian-bagian tertentu atau pokok inti dari bahan yang disajikannya

Pertanyaan melacak (probing)

Menurut arti katanya, probing adalah penyelidikan, pemeriksaan dan prompting adalah mendorong atau menuntun. Penyelidikan atau pemeriksaan disini bertujuan untuk memperoleh sejumlah informasi yang telah ada pada diri siswa agar dapat digunakan untuk memahami pengetahuan atau konsep baru.

Pengertian probing dalam pembelajaran di kelas didefinisikan sebagai suatu teknik membimbing dengan mengajukan satu seri pertanyaan pada seorang siswa (Dahar, 1996: 9). Teknik probing adalah suatu teknik dalam pembelajaran dengan cara mengajukan satu seri pertanyaan untuk membimbing pebelajar /siswa menggunakan pengetahuan yang telah ada pada dirinya guna memahami gejala atau keadaan yang sedang diamati sehingga terbentuk pengetahuan baru ( Wijaya, 1999: 7 ).

Pembelajaran probing prompting adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan tiap siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari (Suherman, 2008:6). Selanjutnya siswa mengkonstruksi konsep-prinsip dan aturan menjadi pengetahuan baru, dengan demikian pengetahuan baru tidak diberitahukan.

Pembelajaran probing prompting sangat erat kaitannya dengan pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan pada saat pembelajaran ini disebut probing question. Probing question adalah pertanyaan yang bersifat menggali untuk mendapatkan jawaban lebih lanjut dari siswa yang bermaksud untuk mengembangkan kualitas jawaban, sehingga jawaban berikutnya lebih jelas, akurat serta beralasan (Suherman dkk, 2001:160). Probing question ini dapat memotivasi siswa untuk memahami lebih mendalam suatu masalah hingga mencapai suatu jawaban yang dituju. Proses pencarian dan penemuan jawaban atas masalah tersebut peserta didik berusaha menghubungkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimilikinya dengan pertanyaan yang akan dijawabnya.

Bagaimana mengkondisikan teknik probing?.
Ada 7 ( tujuh tahap ) aktivitas guru dalam mengkondisikan teknik probing yaitu:
1. Menghadapkan siswa pada situasi baru, misalnya dengan menunjukkan gambar, alat pembelajaran, objek, gejala yang dapat memunculkan teka-teki.
2. Memberi waktu tunggu beberapa saat (3-5 detik) atau sesuai keperluan agar siswa melakukan pengamatan.
3. Mengajukan pertanyaan sesuai indikator atau kompetensi yang ingin dicapai siswa.
4. Memberi waktu tunggu beberapa saat (2-4 detik) untuk memberi kan kesempatan siswa merumuskan jawabannya.
5. Meminta seorang siswa untuk menjawab pertanyaan yang telah diajukan.
6. Jika jawaban yang diberikan siswa benar atau relevan dilanjutkan dengan siswa lain, untuk meyakinkan bahwa semua siswa terlibat dalam kegiatan yang sedang berlangsung serta memberi pujian atas jawaban benar. Jika jawaban keliru atau tidak relevan, diajukan pertanyaan susulanyang berhubungan dengan respon pertama, dimulai dari pertanyaan yang bersifat obeservasional kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan yang menuntut siswa berpikir lebih tinggi menuju pertanyaan indikator ketercapaian kompetensi dasar sampai siswa dpt menjawab pertanyaan yang diajukan tadi.
7. Pertanyaan yang diajukan pada tahap 6 (enam) ini sebaiknya diajukan/diinteraksikan juga pada siswa lain agar seluruh siswa terlibat dalam kegiatan probing.
8. Mengajukan pertanyaan akhir pada siswa lain untuk lebih menegaskan bahwa kompetensi dasar yang dituju sudah tercapai.

Keterampilan Memberi Penguatan (Reinforcement)

Penguatan adalah suatu respon terhadap suatu tingkah laku dan penampilan siswa. Penguatan adalah suatu respons terhadap suatu tingkah laku siswa yang dapat menimbulkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut.

Tujuan penggunaan keterampilan memberi penguatan di dalam kelas adalah untuk:

•    Meningkatkan perhatian siswa dan membantu siswa belajar bila pemberian penguatan digunakan secara selektif.
•    Memberi motifasi kepada siswa.
•    mengontrol atau mengubah tingkah laku siswa yang mengganggu dan meningkatkan cara belajar yang produktif.
•    Mengembangkan kepercayaan diri siswa untuk mengatur diri sendiri dalam pengalaman belajar.
•    Mengarahkan pada pengembangan berpikir yang divergen (berbeda) dan pengambilan inisiatif yang bebas.

Pemberian penguatan dapat dilakukan pada saat:

•    Siswa memperhatikan guru, memperhatikan kawan lainnya dan benda yang menjadi tujuan diskusi.
•    Siswa sedang belajar, mengerjakan tugas dari buku, membaca, dan bekerja di papan tulis.
•    Menyelesaikan hasil kerja (selesai penuh, atau menyelesaikan format).
•    Bekerja dengan kualitas kerja yang baik (kerapian, ketelitian, keindahan, dan mutu materi)
•    Perbaikan pekerjaan (dalam kualitas, hasil atau penampilan).
•    Ada kategori tingkah laku (tepat, tidak tepat, verbal, fisik, dan tertulis).
•    Tugas mandiri (perkembangan pada pengarahan diri sendiri mengelola tingkah laku sendiri, dan mengambil inisiatif kegiatan sendiri).

Pola dasar pemberian penguatan adalah pola berkesinambungan dan pola sebagian-sebagian. Penguatan yang berkesinambungan adalah penguatan yang seratus persen dibutuhkan bagi tingkah laku kelas tertentu. Penguatan ini akan tepat, bila diberikan pada saat memulai pelajaran baru tetapi biasanya jarang sekali dapat dilakukan. Sedangkan penguatan yang sebagian-sebagian adalah penguatan yang diberikan terhadap suatu respon tertentu tetapi tidak keseluruhan. Pemberian ini ada yang dapat diperhitungkan dan ada yang tidak diperhitungkan. Yang ada diperhitungkan adalah pemberian penguatan setelah ada sejumlah respon tertentu atau setelah waktu tertentu.

Komponen Pemberian Penguatan

•    Penguatan Verbal: ujian dan dorongan yang diucapkan oleh guru untuk respon atau tingkah laku siswa.
•    Penguatan Gestuaral: gerakan tubuh seperti mimik yang cerah, dengan senyuman, mengangguk, acungan jempol, tepuk tangan, member salam, menaikkan bahu, geleng-geleng kepala, menaikkan tangan, dan lain-lain.
•    Penguatan Kegiatan :guru menggunakan suatu kegiatan atau tugas, sehingga siswa dapat memilihnya atau menikmatinya sebagai suatu hadiah atas suatu pekerjaan atau penampilan sebelumnya.
•    Penguatan Mendekati : Perhatian guru kepada siswa, menunjukkan bahwa guru tertarik, secara fisik guru mendekati siswa Contoh penguatan mendekati: berdiri disamping siswa, berjalan dekat siswa, duduk dekat kelompok diskusi, dan berjalan maju.
•    Penguatan Sentuhan :penguatan yang terjadi bila guru secara fisik menyentuh siswa, misalnya menepuk bahu, berjabat tangan, merangkulnya, mengusap kepalanya, menaikkan tangan siswa, yang semuanya ditujukan untuk penghargaan penampilan, tingkah laku atau kerja siswa.
•    Penguatan Tanda : guru menggunakan berbagai macam symbol, apakah itu benda atau tulisan yang ditujukan kepada siswa untuk penghargaan terhadap suatu penampilan, tingkah laku atau kerja siswa.


Empat prinsip yang harus diperhatikan oleh guru dalam member penguatan kepada siswa yaitu:


•    Hangat dan Antusias : Kehangatan dan keantusiasan guru dalam pemberian penguatan kepada siswa memiliki aspek penting terhadap tingkah laku dan hasil belajar siswa. Kehangatan dan keantusiasan adalah bagian yang tampak dari interaksi guru-siswa.
•    Hindari Penggunaan Penguatan Negatif : Walaupun pemberian kritik atau hukuman adalah efektif untuk dapat mengubah motivasi, penampilan, dan tingkah laku siswa, namun pemberian itu memiliki akibat yang sangat kompleks, dan secara psikologis agak kontraversial, karena itu sebaiknya dihindari. Banyak akibat yang muncul yang tidak dikehendaki misalnya: siswa menjadi frustasi, menjadi pemberani, hukuman dianggap sebagai kebanggaan, dan peristiwa akan terulang kembali.
•    Penggunaan Bervariasi : Pemberian penguatan seharusnya diberikan secara bervariasi baik komponennya maupun caranya, dan diberikan secara hangat dan antusias.
•    Bermakna : Agar setiap pemberian penguatan menjadi efektif, maka harus dilaksanakan pada situasi di mana siswa mengetahui adanya hubungan antara pemberian penguatan terhadap tingkah lakunya dan melihat, bahwa itu sangat bermanfaat.
Penguatan dapat dibagi menjadi penguatan verbal dan non-verbal. Penguatan verbal diberikan dalam bentuk kata-kata/kalimat pujian, sentuhan, kegiatan yang menyenangkan, serta benda atau simbol. Penguatan dapat juga diberikan dalam bentuk penguatan tak penuh, jika respon/perilaku siswa tidak sepenuhnya memenuhi harapan.

Dalam memberikan penguatan harus diperhatikan prinsip-prinsip berikut.

1. Kehangatan dan keantusiasan
2. Kebermaknaan
3. Hindari respon negatif
4. Penguatan harus bervariasi
5. Sasaran penguatan harus jelas
6. Penguatan harus diberikan segera setelah perilaku yang diharapkan muncul.